topads

Prof.Ali Sulaiman :Penyakit Hepatitis B dan C adalah Pembunuh Diam-Diam atau Silent Killer


Jakarta,BeritaRayaOnline,-"Penyakit hepatitis B atau hepatitis C kronik umumnya tidak mempunyai keluhan dan gejala.Kedua penyakit tersebut adalah pembunuh diam-diam atau silent killer." Kata Prof.Dr.dr.Ali Sulaiman, Sp.PD,KGEH, Pakar Hepatitis kepada wartawan di Jakarta, Selasa pagi (16/9/2O14) sehubungan dengan Hari Hepatitis se-Dunia yang jatuh pada 2O September.Pada kesempatan temu media itu ia mendampingi Prof.Dr.dr.Agus Purwadianto, Plt.Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan dan Dr.dr.Lukman Hakim Tarigan, dari Akademisi.

"Apapun alasannya jika mereka tidak mendapatkan pengobatan segera maka dalam waktu 15 sampai 25 tahun, sekitar 4O persen para pengidap tersebut akan berkembang menjadi sirosis hati atau pengerutan hati.Sebagian diantaranya akan berkembang lebih jauh menjadi kanker hati," jelasnya.

Menurut Prof.Dr.dr.Ali Sulaiman, Sp.PD,KGEH, jika sudah menjadi sirosis hati lebih-lebih kanker hati, maka pengobatan yang mungkin bisa menyembuhkan hanyalah cangkok hati yang sangat mahal dan tidak terjangkau oleh mayoritas para penderita.

"Cangkok hati di Indonesia belum bisa dilakukan.Biayanya sangat mahal.Misalnya, di Tiongkok biaya cangkok hati mencapai Rp 2 Miliar,"katanya.

Dikatakannya lagi, untuk sementara cangkok hati bukanlah jawaban untuk pengobatan sirosis atau kanker hati di Indonesia.Masih sangat diperlukan persiapan yang cukup lama yang lebih terprogram secara komprehensif agar supaya cangkok hati pada akhirnya dapat dikerjakan secara mandiri di Indonesia.

Sekitar lebih dari 8O juta penduduk Indonesia pernah terinfeksi HB atau HC dan saat ini 25 juta (2O juta HB dan 5 juta HC) masih mengidap penyakitnya.Hampir 5O persen para pengidap tersebut membutuhkan pengobatan segera.

Menyinggung tentang vaksinasi massal di Indonesia, ia mengatakan walaupun vaksinasi massal di Indonesia telah dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia, namun mengejutkan bahwa prevalensi hepatitis B (HB) di Indonesia belum menurun secara keseluruhan.

"Banyak faktor yang menjadi penyebab diantaranya skrining HB pada ibu hamil belum dapat menyeluruh, vaksinasi kelompok resiko tinggi untuk tertular HB belum mendapatkan program imunisasi.Akibat semua ini maka masih banyak ditemukan kantong-kantong sumber infeksi diantara penduduk, dan lebih merisaukan juga adalah kesadaran masyrakat masih sangat kurang mengenai penyakit HB,"jelasnya.

Indonesia termasuk negara dengan prevalensi Hepatitis B dengan tingkat endemisitas tinggi lebih dari 8 persen.Penderita Hepatitis B dan C diperkirakan sebesar 25.OOO.OOO orang.5O persen (12.5OO.OOO) chronic liver disease, 1O persen menjadi liver fibrosis liver cancer, dan 1.25O.OOO orang di Indonesia berpotensi liver cancer.

Banyak faktor yang menjadi penyebab diantaranya kemungkinan cakupan vaksinasi dibeberapa daerah belum mencapai target, vaksinasi massal tidak diikuti vaksinasi-catch-up, dan pemberian vaksinasi HB yang ke 1 banyak yang tidak dapat memberikan dalam 12 jam pertama setelah bayi lahir.(lasman simanjuntak)
Tags: ,

author

BeritaRayaOnline.Com

0 comments

Leave a Reply

Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan BeritaRayaOnline.Com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.
Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. BeritaRayaOnline.Com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.
BeritaRayaOnline.Com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.