topads

Kementerian Kesehatan Buka 2.641 Posko Kesehatan Jelang Mudik Lebaran 2014


Teks Foto  : Wakil Menteri Kesehatan Prof.dr.Ali Ghufron Mukti didampingi Ka.Pusat Komunikasi Publik, Kementerian Kesehatan, drg.Murti Utami, MPH, sedang doorstop dengan para wartawan di Jakarta, Selasa (22/7/2014).

Jakarta, BeritaRayaOnline,-Jelang mudik lebaran tahun 2014, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuka 2.641 posko kesehatan di seluruh Indonesia. Posko kesehatan tersebut akan dibuka selama H-7 sampai dengan H+7 Lebaran.

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof.dr. Ali Ghufron Mukti menuturkan, dalam rentang waktu 14 hari tersebut, petugas kesehatan akan siap melayani 24 jam. Kepastian itu dijamin sendiri olehnya.

Selain posko kesehatan, lanjutnya, Kemenkes juga telah menginstruksikan agar seluruh rumah sakit (RS) tetap siaga, terutama bagi RS yang ada di jalur mudik. Dengan demikian, diharapkan angka kecelakaan dan kematian akibat kecelakaan mudik bisa berkurang.

"Untuk rumah sakit termasuk pos kesehatan akan buka seperti biasa, rumah sakit juga ada emergency-nya kan tetap buka 24 jam, terutama di jalur mudik," kata Wakil Menteri Kesehatan Prof.dr.Ali Ghufron Mukti kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/07/2014).

Diakuinya, angka kecelakaan dan kematian saat mudik tiap tahunnya memang selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2013 misalnya, terjadi penurunan angka kecelakaan dari tahun sebelumnya sebesar 29,8 persen atau sebanyak 3.675 kasus kecelakaan.

Selain itu angka kematian akibat kecelakaan juga turun 12,4 persen dengan 795 orang meninggal. 
"Memang yang meninggal tahun lalu masih 700-an, namun patut disyukuri angkanya berkurang dari tahun sebelumnya," ungkapnya.

Kendati demikian, ia berharap tidak akan terjadi penurunan kualitas pelayanan kesehatan tahun ini. terlebih, menurut data Kementerian Perhubungan (Kemenhub) jumlah pemudik tahun ini cenderung mengalami kenaikan dibanding tahun 2013.

Tahun ini diperkirakan, jumlah pemudik mencapai 19.299.144 orang, lebih besar dari 2012 sebanyak 17.245.054 orang dan 2013 sebanyak 18.587.668 orang.

"Tahun ini naik 3,83 persen menjadi 19.299.144 pemudik. Bayangkan saja jumlah pemudik kita seperti jumlah warga negara Malaysia atau Australia," tuturnya.

Karenanya, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) itu mengimbau agar para pemudik selalu waspada. Terlebih bagi pemudik yang menggunakan motor. Ia meminta agar para pemudik tidak memaksakan diri dan meluangkan waktu untuk beristirahat selama di perjalanan.

Vaksin PolioTak Diberikan Secara Oral

 World Health Assembly (WHA) telah mengeluarkan rujukan bahwa mulai tahun depan, vaksin polio tidak lagi diberikan secara oral, melainkan dengan cara injeksi. Ketentuan ini dirasa cukup merugikan Indonesia sebagai salah satu pengekspor terbesar vaksin polio oral. 

 Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof.dr. Ali Ghufron Mukti menjelaskan, rekomendasi ini memang sangat berpengaruh bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. 

Sebab, harga vaksin injeksi 50 kali lebih mahal dari harga vaksin polio oral. Terlebih, lanjut dia, Indonesia telah berhasil memproduksi sendiri dan mengekspor vaksin polio oral ini ke lebih dari 118 negara.

 "Namun, dengan resolusi WHA ini, kita tidak bisa lagi mengekspor vaksin polio melainkan harus mengimpornya lantaran vaksin polio injeksi belum bisa kita produksi sendiri," jelas Wakil Menteri Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/07/2014).

Perubahan penggunaan vaksin polio injeksi ini diakuinya memang membutuhkan biaya yang sangat besar. Baru-baru ini, Kemenkes telah melakukan uji coba di Yogyakarta. Hasilnya, untuk satu satu provinsi Yogyakarta, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 500 miliar. Sehingga sudah dapat dipastikan, Indonesia akan merugi dengan ketetapan ini.

 "Selain merugi karena tidak bisa lagi mengekspor, tentu biaya yang dibutuhkan sangat besar. Sehingga harapannya WHO bisa segera memfasilitasi agar ke depannya Indonesia juga mampu memproduksi sendiri vaksin polio injeksi," ungkapnya.

Kendati merugi, Indonesia tidak bisa menolak ketetapan tersebut. Sebab, dijelaskan olehnya, penggunaan vaksin polio oral memang rentan bermutasi dan menular ke orang. Seperti misalnya, saat buang air di sungai, virusnya dimungkinkan bisa menyebar. "Vaksin oral itu berisi virus hidup yang dapat dilemahkan sehingga virusnya dapat bermutasi dan menular ke orang lain. Dibandingkan dengan vaksin polio injeksi, yang berisi virus yang mati. Vaksin ini tidak memiliki resiko penularan pada orang lain," jelasnya.

Wamenkes mengatakan, meski tidak mudah perubahan penggunaan vaksin ini akan dilakukan secara bertahap mulai tahun depan. Ia berharap, selain mendapat bantuan dari WHA, PT Biofarma yang sebelumnya telah berhasil memproduksi vaksin polio oral juga bisa segera memproduksi vaksin polio injeksi ini. sehingga bisa meminimalisir pengeluaran untuk ekspor vaksin polio injeksi

Penyebab Kematian Masih terbilang Sulit 

Hampi setiap hari terdapat orang yang meninggal dunia. Namun, mengetahui penyebab kematian masih terbilang sulit.

Menurut Wakil Menteri Kesehatan RI Prof.dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc,Ph.D, mengetahui penyebab kematian masih terbilang sulit didata. Terutama jika kematiannya mendadak, meski masih berkaitan dengan masyarakat itu sendiri.

"Sulitnya untuk mengetahui penyebab kematian itu bisa berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mendata penyebab kematian," katanya  di ruang Maharjono, Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (22/7/2014).

Lebih lanjut, Ali Ghufron menjelaskan bila pemerintah sudah melakukan upaya dengan melakukan sistem registrasi di 128 kecamatan. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara persis penyebab kematian yang terjadi di masyarakat.

"Kita ada upaya untuk bisa melakukan sistem registrasi di 128 kecamatan, tujuannya untuk mengetahui penyebab kematian, seperti kematian ibu dan kematian neonatus itu kita catat sehingga mengetahui secara persis," jelasnya.

Tentu, dalam melakukan sistem registrasi tersebut pemerintah juga dibantu oleh tenaga-tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Faskes). Menurut Ali Ghufron, para tenaga medis ini dilatih agar bisa membantu pelaksanaan sistem registrasi.

"Jadi tenaga kesehatan kita latih untuk turut membantu, seperti dari Puskesmas dan fasilitas kesehatan lain," tutupnya.  (dbs/lasman simanjuntak)





Tags:

author

BeritaRayaOnline.Com

0 comments

Leave a Reply

Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan BeritaRayaOnline.Com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.
Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. BeritaRayaOnline.Com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.
BeritaRayaOnline.Com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.