topads

Prof.Dr.dr Agus Purwadianto : Semua Profesi Punya Resiko Tinggi Tertular Virus Hepatitis

Jakarta, BeritaRayaOnline,- "Semua profesi punya resiko tinggi tertular virus hepatitis misalnya jurnalis melalui makanan, atau tenaga kesehatan yang berhubungan dengan darah dan produk darah terutama di laboratorium.Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah Hepatitis C, sehingga pencegahan yang utama adalah menghindari faktor resiko. Sedangkan imunisasi Hepatitis A dan B memang ada, " jawab  Prof.Dr.dr.Agus Purwadianto, Plt.Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan pada Temu Media dalam rangka Peringatan Hari Hepatitis ke-5 di Jakarta, Selasa pagi (16/9/2014).

Dalam Temu Media ini ia didampingi Prof.Dr.dr.H.Ali Sulaiman, Divisi Hepatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan dr.Lukman Hakim Tarigan, MSc, dari kalangan Akademisi.

Menjawab pertanyaan wartawan BeritaRayaOnline Hepatitis B dan Hepatitis C dapat dicegah dengan menghindari faktor resiko seperti penggunaan pisau cukur-terutama sering digunakan tukang cukur- ia mengatakan hal-hal yang terkait dengan tukang cukur sebenarnya konsumen bisa memberikan saran yaitu minta pisau cukur yang baru atau bisa dicek pisau cukur tersebut dicelup pakai air sabun.

"Mestinya kawan-kawan wartawan mulai membangun organisasi pasien, ini mitra kita.Dengan era JKN dan dengan organisasi pasien, ini merupakan suatu keniscayaan. Juga bisa didesak kepada DPR RI. Sedangkan tidak menggunakan alat pengobatan tradisionil yang tidak steril seperti akupuntur dan alat-alat bekam kita sudah memiliki RPP pelayanan pengobatan tradisionil yang akan disahkan untuk akupuntur. Juga program sertifikasi jamu, dan teknologi preventif ke depannya, produk dalam negeri, makanan yang sehat, dan cuci tangan pakai sabun. Di samping teknologi preventif, teknologi tepat guna untuk deteksi dini. Kita akan melakukan pelatihan-pelatihan. Kita dayagunakan tenaga-tenaga kesehatan," katanya.

Prof.Dr.dr.Agus Purwadianto, Plt.Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, ketika menjelaskan mengenai "Kebijakan Program Pengendalian Hepatitis di Indonesia" mengatakan Indonesia endemis, Hepatitis A dan E sering muncul KLB, Hepatitis B dan C dapat menjadi kronis, menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.

Kebijakan program pengendalian yaitu 1) pengendalian, berdasarkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing daerah (local area spesific), 2) pengendalian, dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan dan jejaring kerja secara multi disiplin, lintas program dan lintas sektor, 3) pengendalian, dilaksanakan secara terpadu, 4)pengendalian, dikelola secara profesional, berkualitas, merata dan terjangkau, melalui penguatan sumber daya, 5) penguatan sistem surveilans sebagai bahan informasi bagi pengambil kebijakan dan pelaksana program, 6) pelaksanaan kegiatan dilakukan secara efektif dan efisien melalui pengawasan yang terus menerus.

Kegiatan berupa advokasi dan sosialisasi, Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), upaya pencegahan secara komprehensif, penguatan sistem surveilan dan kajian operasional, deteksi dini dan peningkatan akses layanan lanjutan (perawatan, dukungan, dan pengobatan), pengelolaan logistik dan sarana penunjang, serta monev.

Upaya yang telah dilakukan tahun 2014 antara lain co-sponsor terbitnya resolusi 67.6, penyusunanRAK/Roadmap, pengembangan pedoman dan modul hepatitis C, pengembangan modul hepatitis B, Tot, pelatihan petugas RS, penyusunan buku manajemen program, pelaksanaan surveilans HIV-hepatitis pada masyarakat beresiko, deteksi dini hepatitis B, tes HIV, dan syphilis pada Bumil dan Nakes di 13 provinsi, 20 kabupaten/kota di Indonesia, evaluasi reagen rapid hepatitis B dan C yang beredar, advokasi P2 hepatitis di 12 provinsi, pengembangan media KIE, dan sebagai inisiator resolusi hepatitis pada regional committee negara-negara SEAR.

Langkah selanjutnya yaitu peningkatan upaya sosialisasi, advokasi, dan peningkatan kepedulian serta komitmen, peningkatan kapasitas SDM diawali dengan pelatihan bagi pelatih (core team pengembangan kegiatan), peningkatan upaya pencegahan, peningkatan upaya pemantauan penyakit, review kebijakan dan strategi pengendalian, advokasi dan sosialisasi kepada pemegang kebijakan tingkat pusat, provinsi, mitra potensial, masyarakat, dan LSM, mobilisasi sumber dana dan sumber daya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, melakukan upaya peningkatan keterjangkauan akses layanan yang berkualitas, penyiapan RS rujukan nasional, penyiapan RS rujukan provinsi, penyiapan RS yang mampu melakukan pengobatan hepatitis, penyiapan Puskesmas sebagai pelaksana deteksi dini, dan penguatan upaya dukungan dan pendampingan (akses layanan lanjutan) dan monitoring kepatuhan.

Khusus mengenai Hari Hepatitis se-Dunia (HHS), tahun 2014 ini peringatan puncak HHS dilaksanakan pada 20 September di Kota Jambi yang akan dihadiri oleh Wakil Menteri Kesehatan dan Gubernur Jambi. Tema HHS 2014 adalah :INGAT! Hepatitis ada di sekitar kita ". HHS digunakan sebagai salah satu cara untuk melakukan advokasi, sosialisasi, dan peningkatan pengetahuan tentang hepatitis.(lasman simanjuntak)



Tags: ,

author

BeritaRayaOnline.Com

0 comments

Leave a Reply

Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan BeritaRayaOnline.Com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.
Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. BeritaRayaOnline.Com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.
BeritaRayaOnline.Com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.