topads

Pasien Gangguan Jiwa di Indonesia Sampai Saat ini Masih Cukup Tinggi

Jakarta,BeritaRayaOnline,-Setiap tahun tanggal 10 Oktober dunia memperingati Hari Kesehatan Jiwa. Tujuannya adalah untuk menghormati hak-hak Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), memperluas program pencegahan msalah kesehatan jiwa antara penduduk rentan, memperluas pelayanan yang memadai dan mendekatkan akses bagi mereka yang membutuhkan serta meningkatkan upaya kesehatan jiwa secara optimal.

Tahun ini Federasi Dunia untuk Kesehatan Jiwa (WFMH) menetapkan tema Living With Schizophrenia , dengan sub tema "Kepedulian Keluarga dan Masyarakat dalam pemberdayaaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah sebuah seruanuntuk mengajak masyarakat agar dapat hidup berdampingan ODGJ. Hal ini penting karena penerimaan keluarga dan masyarakat yang baik akan mendorong ODGJ untuk dapat kembali ke masyarakat dan produktif kembali.

Hasil Riskesdas 2013 angka rata-rata nasional gangguan mental emosional (cemas dan depresi)pada usia 15 tahun adalah 6 % atau sekitar 14 juta penduduk. Sedangkan gangguan jiwa berat rata-rata 0,17 % atau sekitar 400.000 penduduk. Hal tersebut berarti masih sedikit sekali dari jumlah penderita gangguan jiwa ini datang ke fasilitas pengobatan.

 Pasien dengan gangguan jiwa sampai saat ini di Indonesia jumlahnya masih cukup tinggi. Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) yang jatuh pada tanggal 10 Oktober, pesan untuk setop stigma negatif dan diskriminasi terhadap pasien-pasien ini pun kembali digalakkan.

"Permasalahan ini sangat penting. Bicara tentang skizofrenia atau Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) saat ini memang masih mendapat perlakuan tidak adil. Stigma-stigma negatif masih melekat dan kadang mereka tidak mendapatkan pelayanan sepatutnya," ungkap Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI, Prof DR dr Akmal Taher, SpU(K).

Hal tersebut ia sampaikan saat membuka acara Dialog Interaktif HKJS yang diselenggarakan di Gedung Kemenkes RI, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Kamis (9/10/2014).

Padahal menurut Prof Akmal mempelajari manusia, khususnya dari sisi kejiwaan, sangat sulit. Dibutuhkan pola berpikir yang luas dan tidak terbatas.

"Untuk saya sendiri mempelajari manusia itu sangat sulit. Paling complicated. Manusia itu kan mulia karena jiwanya. Kalau anatomi faal manusia itu amazing, di binatang juga ada yang amazing. Tapi kalau bicara jiwa, kita tidak punya limit, betul-betul sulit dan kompleks," paparnya.

Psikis manusia disebutkan Prof Akmal juga memiliki emosi dan harapan, sehingga menurutnya penting untuk selalu memerhatikan kebutuhan dan memberi pelayanan terbaik pada pasien dengan gangguan jiwa.

"Data Riskesdas menyebutkan ada sekitar 400 ribu pasien gangguan jiwa berat, ini jumlah besar. Apalagi kalau dikaitkan dengan pemasungan. Stigma dan diskriminasi harus kita hilangkan, termasuk dari kalangan dokter," pesan Prof Akmal.(dbs/lasman simanuntak)
Tags: ,

author

BeritaRayaOnline.Com

0 comments

Leave a Reply

Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan BeritaRayaOnline.Com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.
Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. BeritaRayaOnline.Com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.
BeritaRayaOnline.Com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.