Teks Foto : Kepala Badan Litbang Kementerian Pertanian, Haryono, sedang memberikan keterangan pers di kantornya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (8/9/2014) (Foto : Lasman Simanjuntak/BeritaRayaOnline)
Jakarta, BeritaRayaOnline,-Meski El Nino atau musim kemarau panjang tidak terbukti terjadi. Sejumlah daerah masih berpotensi rawan kekeringan dan banjir pada Musim Hujan 2014/2015 mendatang. Sementara organisme penganggu tanaman (OPT) juga mulai dominan sehingga membuat produksi padi bisa saja terganggu.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang) Kementerian Pertanian mencatat ada sekitar 152.822 hektar (ha) akan dilanda kekeringan. Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi daerah paling luas kekeringan sekitar 26.101 ha disusul Aceh mencapai 24.168 ha.
Sementara daerah rawan banjir mencapai 303.614 ha. Paling banyak terjadi di Kalbar mencapai 38.547 ha Aceh mencapai 30.572 ha. Kondisi ini menambah kondisi OPT padi terjadi yakni: kresek, wereng batang coklat dan blast yang terjadi di Pulau Jawa, Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Haryono ,Kepala Balitbang Pertanian yang merangkap sebagai Plt Dirjen Tanaman Pangan mengatakan, pihaknya menetapkan beberapa kebijakan dalam upaya optimalisasi potensi luas tanam. Diantaranya lewat monitoring kondisi standing crop serta potensi waduk. Kemudian, penyiapan benih, pupuk, alat mesin pertanian yang tepat waktu.
"Akan ada varietas padi yang dapat menoleransi kerawanan bencana. Kami juga akan rekomendasi pupuk yang berdasarkan status hara untuk pupuk sehingga tingkat produktifitas bertambah," ujar Haryono di Jakarta, Senin (8/9/2014).
Prediksi Musim Tanam
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian Kementerian Pertanian memprediksi musim tanam padi 2014/2015 di sejumlah daerah akan berlangsung mulai bulan Oktober. Pasalnya, pada bulan Oktober-Nopember ini persediaan air cukup berlimpah sehingga cocok untuk memulai penanaman padi.
“Kami memprediksi banyak daerah yang memulai waktu tanam pada Oktober dan November,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, Haryono,di Jakarta, kemarin.
Menurut Haryono, penentuan musim tanam itu tidak lepas dari analisis perkembangan iklim di tanah air oleh Kementan dan BMKG. Dari hasil analisis itu musim hujan di tanah air diprediksi akan berawal dari wilayah barat Indonesia.
BMKG dan Balitbang Pertanian memprediksi musim hujan 2014/2015 di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan terjadi pada Oktober dan November 2014. Dengan demikian sangat cocok jika pertanaman padi di mulai pada bulan tersebut.
Haryono menambahkan, dari hasil analisis diketahui adanya kemunduran musim hujan pada beberapa wilayah tanah air. Kemunduran awal musim hujan 2014/2015 terjadi di beberapa wilayah seperti di Jawa, Sulawesi, dan Bali hingga lebih dari 3 dasarian.
Untuk musim tanam tahun ini terdapat sawah seluas 4,7 juta hektare yang siap ditanam. Luasan tersebut ada di wilayah Sumatera, Jawa, Bali dan daerah lainnya.
Hasil analisis kalender tanam terpadu musim hujan 2014/2015 menunjukkan bahwa sifat hujan normal menyebar di hamper 4,8 juta hektare sawah baku, mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi.
Sedangkan sifat hujan di bawah normal menyebar di hamper 3 juta hektare sawah baku mencakup sebagian Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Sifat hujan di atas normal menyebar di 481,6 ribu hektare sawah baku mencakup sebagian Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua. (dbs/lasman simanjuntak)
Jakarta, BeritaRayaOnline,-Meski El Nino atau musim kemarau panjang tidak terbukti terjadi. Sejumlah daerah masih berpotensi rawan kekeringan dan banjir pada Musim Hujan 2014/2015 mendatang. Sementara organisme penganggu tanaman (OPT) juga mulai dominan sehingga membuat produksi padi bisa saja terganggu.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang) Kementerian Pertanian mencatat ada sekitar 152.822 hektar (ha) akan dilanda kekeringan. Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi daerah paling luas kekeringan sekitar 26.101 ha disusul Aceh mencapai 24.168 ha.
Sementara daerah rawan banjir mencapai 303.614 ha. Paling banyak terjadi di Kalbar mencapai 38.547 ha Aceh mencapai 30.572 ha. Kondisi ini menambah kondisi OPT padi terjadi yakni: kresek, wereng batang coklat dan blast yang terjadi di Pulau Jawa, Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Haryono ,Kepala Balitbang Pertanian yang merangkap sebagai Plt Dirjen Tanaman Pangan mengatakan, pihaknya menetapkan beberapa kebijakan dalam upaya optimalisasi potensi luas tanam. Diantaranya lewat monitoring kondisi standing crop serta potensi waduk. Kemudian, penyiapan benih, pupuk, alat mesin pertanian yang tepat waktu.
"Akan ada varietas padi yang dapat menoleransi kerawanan bencana. Kami juga akan rekomendasi pupuk yang berdasarkan status hara untuk pupuk sehingga tingkat produktifitas bertambah," ujar Haryono di Jakarta, Senin (8/9/2014).
Prediksi Musim Tanam
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian Kementerian Pertanian memprediksi musim tanam padi 2014/2015 di sejumlah daerah akan berlangsung mulai bulan Oktober. Pasalnya, pada bulan Oktober-Nopember ini persediaan air cukup berlimpah sehingga cocok untuk memulai penanaman padi.
“Kami memprediksi banyak daerah yang memulai waktu tanam pada Oktober dan November,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, Haryono,di Jakarta, kemarin.
Menurut Haryono, penentuan musim tanam itu tidak lepas dari analisis perkembangan iklim di tanah air oleh Kementan dan BMKG. Dari hasil analisis itu musim hujan di tanah air diprediksi akan berawal dari wilayah barat Indonesia.
BMKG dan Balitbang Pertanian memprediksi musim hujan 2014/2015 di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan terjadi pada Oktober dan November 2014. Dengan demikian sangat cocok jika pertanaman padi di mulai pada bulan tersebut.
Haryono menambahkan, dari hasil analisis diketahui adanya kemunduran musim hujan pada beberapa wilayah tanah air. Kemunduran awal musim hujan 2014/2015 terjadi di beberapa wilayah seperti di Jawa, Sulawesi, dan Bali hingga lebih dari 3 dasarian.
Untuk musim tanam tahun ini terdapat sawah seluas 4,7 juta hektare yang siap ditanam. Luasan tersebut ada di wilayah Sumatera, Jawa, Bali dan daerah lainnya.
Hasil analisis kalender tanam terpadu musim hujan 2014/2015 menunjukkan bahwa sifat hujan normal menyebar di hamper 4,8 juta hektare sawah baku, mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi.
Sedangkan sifat hujan di bawah normal menyebar di hamper 3 juta hektare sawah baku mencakup sebagian Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Sifat hujan di atas normal menyebar di 481,6 ribu hektare sawah baku mencakup sebagian Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua. (dbs/lasman simanjuntak)
0 comments