Teks Foto :Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak didampingi Bernardus R.Djonoputro, Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) di Jakarta Kamis (19/6/2014) sedang memberikan keterangan kepada wartawan sehubungan akan diselenggarakannya Earoph World Congress pada 10-13 Agustus 2014. Earoph adalah organisasi multi sektoral non pemerintah terafilisi PBB. (Foto : Lasman Simanjuntak/BeritaRayaOnline)
Jakarta,BeritaRayaOnline,-Kondisi kota-kota di dunia akan dibahas para pakar dan praktisi pada tanggal 10-13 Agustus 2014, dimana Indonesia akan menjadi tuan rumah 24th EAROPH World Congress dengan mengambil tema “Towards Resilient and Smart Cities: Inovation, Planning and Determination in Managing Major Cities of The World”.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak mengatakan dengan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Earoph World Congress bisa dimanfaatkan dengan baik dalam menjawab isu-isu perkotaan, seperti isu pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, pemanfaatan energi yang semakin meningkat, sehingga menyebabkan daya saing perkotaan tersebut menurun.
"Acara ini peluang kita dalam perencanaan dan pembangunan kota-kota yang semakin menjadi penting di Indonesia, apa yang kita alami dengan kondisi ini kota-kota kita tumbuh," ujar Hermanto Dardak.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak menambahkan, disini kita akan dibahas resilient dan smart city tadi yang rawan bencana dan belum memanfaatkan banyak teknologi untuk kita bahas bersama mencari model pemecahannya seperti apa. Selain itu juga tentunya ada rekomendasi sebaiknya seperti apa kota-kota di Indonesia dengan melihat kemajuan yang dilakukan negara-negara lain.
“Selain itu bagaimana para kepala daerah tadi bisa mengadaptasi dan menerapkannya, saat ini di Kementerian PU sudah kerjasama dengan 112 Kota/Kab, antara lain sudah berhasil merancang desain yang semakin baik dan sudah dilaksanakan di kota tadi,”tambah Hermanto.
Berbagai hasil penelitian menunjukan kawasan perkotaan di dunia rentan terhadap perubahan iklim dan bencana alam. Kota-kota dunia memerlukan penanganan multidimensi dengan pendekatan manajemen pembangunan kota yang inovatif. Dalam upaya membangun kesadaran bersama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan perkotaan, terutama meningkatkan ketahanan kota, maka diperlukan kolaborasi seluruh pihak untuk merumuskan langkah bersama lintas negara dan pemangku kepentingan.
“Konferensi dunia ini memberikan peluang kepada para pemimpin kota dan pemangku kepentingan untuk saling bertukar pengalaman terutama dalam mewujudkan kota yang layak huni dan berkelanjutan di dunia” ujar Bernardus Djonoputro, Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia.
Konferensi ini mengajak para praktisi, pemerintah, akademisi dan pemerhati perencanaan untuk mencari cara-cara baru dalam mengelola perkotaan di masa depan. Konferensi ini juga akan menjadi media tukar pengalaman antar para pelaku pembangunan yang berguna dan mencari cara-cara baru dalam mengelola perkotaan di masa depan.
Diharapkan dari konferensi ini akan muncul gagasan-gagasan segar, baik tingkat konseptual maupun praktis, tentang pengelolaan kota yang berbasis teknologi dan berketahanan. Pakar ternama yang akan hadir termasuk Prof. Saskia Sassen, pemikir globalisasi perkotaan ternama di dunia, Walikota Bilbao yang berhasil membangun kota yang inklusif, serta para teknokrat perencana kota-kota ternyaman di dunia Copenhagen dan Melbourne.
Dalam pertemuan pemangku kepentingan kota dunia, juga akan dilansir Indonesia Most Livable City Index oleh Ikatan Ahli Perencanaan. Selain itu, diharapkan sebanyak 50 walikota dan pemimpin daerah kawasan Asia Pasifik dan nusantara akan hadir dalam Kaukus Walikota, yang direncanakan akan menghasilkan sikap pandangan dan posisi para walikota dalam tata kelola kota-kota menuju kota SMART dan berketahanan.
Kenyaman dan Livability kota-kota Indonesia akan dibahas secara khusus dalam kegiatan ini. Mengacu pada MLCI di 2009 dan 2011, dimana hampir 50% penduduk kota Indonesia merasa bahwa kota nya tidak nyaman dihuni. "Hal ini di tidak berubah banyak dalam 5 tahun terakhir. MLCI di tahun 2014 akan melihat kembali kondisi ini, dan diharapkan menjadi referensi bagi para Walikota dalam menyusun prioritas programnya ke depan” kata Bernardus. (dbs/lasman simanjuntak)
0 comments